Manusia Tidak Sempurna

Gw mau coba pake psikoanalisa untuk ngebedah kenapa perempuan suka menjadi "angel in the house" ? oke karena konstruksi sosial

perempuan-perempuan banyak yang tidak punya identitas karena cita-cita dan kemauannya ini diatur sedemikian rupa oleh pria-pria dilingkungannya.

anyway si perempuan jadi kehilangan identitas karena diarahkan, digiring untuk menjadi serba bisa. malaikat di rumah. istri yang soleha adalah istri yang mampu melayani suami, masak, mencuci, nyetrika, beresin rumah, ngelipetin baju, Semuaaa dalam satu hari. kita mau jadi istri atau mau jadi TKW?  kadang suka samar.

 
Sampai pada tahap yang paling ekstrim dipaparkan oleh Nawal dalam novel Perempuan di titik nol, 

"Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi seorang pelacur bebas daripada seorang istri yang diperbudak"

Lebih lanjut eka kurniawan, melalui tokohnya Dewi Ayu dalam novel Cantik itu luka pun memaparkan hal yang serupa 
"Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada.”

suami atau laki-laki harusnya mengertiad kalau perempuan itu manusia, perempuan enggak bisa sempurna.Dalam urusan domestik laki-laki pun bisa ikut membantu memasak atau mencuci piring. Karena rumah tangga dibangun oleh keduanya bukan hanya oleh perempuan. laki-laki pun harus bisa masak karena masak, menyebrang jalan, dan mengendarai adalah skill bertahan hidup. gak ada bedanya laki-laki dan perempuan. semua harus bisa masak!

kalian udah baca berita tewasnya beberapa orang karena miras oplosan? coba perhatikan, semua pengkonsumsi miras yang tewas semuanya LAKI-LAKI.

ini sedihnya modernitas, pola pikir ini membuat kita selalu berlomba untuk menjadi lebih dari yang lain, termasuk pada maskulinitas. kejantanan diperlombakan.

coba kita pakai pola pikir umum kenapa sih mreka tewas? karena mereka bodoh? udah tau minum alkohol diatas kadar 60% jelas aja mokad?!?!?

enggak, mereka adalah korban patriarki.

mereka, para lelaki naas ini sedang adu kejantanan dengan "barangsiapa paling jantan, tidak mati bunuh diri". mereka sesungguhnya mengerti dampak dari miras oplosan yang bisa memisahkan tubuh dnegan nyawa mereka tetapi patriarki meminta mereka untuk berlomba. harga diri mereka ditaruhkan dalam sbuah kontes kejantanan berujung maut, mereka yang mengelak berarti menawar harga diri menjadi paling rendah. mereka dianggap gagal menjadi laki-laki. mereka menukar status keperkaasaannya dengan nyawa.
tewaslah mereka.

dan kita, cuma bisa mengutuk, meratuk, terduduk.
menyesali janda-janda yang ditinggal mati suami. kemiskinan masih menjerat mereka semua. sungguh siapa lagi yang akan mengira.


Kita harus faham gender, karena kita hidup dengan relasi perempuan dan laki-laki didalamnya
Gagal memahami gender, berarti gagal memahami realitas!

No comments:

Post a Comment

 

Catatan Gadis Puisi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review