MELANGITKAN HARAPAN

 'Rezeki sudah tertakar dan tidak mungkin tertukar'

Sebaris kalimat pamungkas yang menjadi angin segar manusia untuk menguatkan langkah agar tetap hidup. Nyatanya intensitas letupan dalam kepala terlalu bising, siapa yang bisa sangka? Mengurainya pun butuh tenaga. Pelan-pelan sajalah, tak mengapa. Saya juga sedang belajar mengatur nafas. Setidaknya hari ini harapan harus lebih terang dari cahaya. Karena sifat cahaya menerangi bukan membakar. 

Harusnya manusia punya cita-cita dan harapan agar tetap hidup, menghidupi kehidupan, menghidupi penerimaan. Tapi situasi dewasa menyingkirkan hal itu, cita-cita itu sesederhana bisa memaafkan diri sendiri yang terus menerus punya peluang tapi tak pernah cukup rendah hati untuk memberinya ruang.

Untuk punya cita-cita, saya harus menemui peristiwa demi peristiwa. Usaha-usaha saya adalah menjangkau bahagia yang paling dekat dan merasakan pedih yang paling dalam.

Saya pernah tunduk dalam sebuah peristiwa lebih dari ini. Namun kali ini, pedihnya sama. 

Kabar baiknya, saya jadi punya cita-cita lagi. 

HARGA - MENGHARGAI - DIHARGAI

Aku sepakat bahwa pikiran akan lebih cermat dan tangkas bekerja begitu seseorang jatuh cinta. Pertanyaan dan duga memberinya satu seremoni personil yang luhur. Tapi aku juga sepakat, bahwa setiap hubungan yang melaju dengan segala ikatan, kewajiban, dan kepastian lebih banyak menumpulkan kerja pikiran –membuat manusia lumpuh dan rapuh; atau malah kadang dungu.
Satu pelajaran klasik yang perlu kau ingat adalah kau tak perlu menyimpan cinta berlama-lama dan berlarut-larut.
Kau tahu, kadang kemampuanmu untuk menyayangi dan merindu itu memupuk sejumlah energi yang setimpal untuk terus membenci kemudian.
Kau tak akan pernah percaya, betapa manusia yang tanpa duga dapat dengan tekun saling menyayangi dapat dengan keji saling melukai
 

Catatan Gadis Puisi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review