Jika kita mendengar kata bunuh diri maka akan secara otomatis otak kita mentransformasikan rentetan kasus dan ragam bunuh diri yang disajikan di tayangan televisi. Persepsi kita terhadap orang yang bunuh diri adalah bahwa orang tersebut dilanda kekalutan, kekecewaan, pesimistis, dan hilangnya gairah untuk menjalani hidup. penyebabnya beragam ada yang putus cinta, ditinggal nikah, tidak mendapat pekerjaan, IPK terus merosot dan lain-lain. bentuk dan cara bunuh diri pun beragam ada yang menggunakan tali, minum baygon, sayatan pisau, terjun dari lantai atas.
Tapi sadarkah kita bahwa ada cara bunuh diri paling 'epik'? mungkin diantara kita banyak yang tidak menyadarinya bahwa bunuh diri paling 'epik' adalah 'merokok'. Kita tentu sepakat bahwa merokok menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Pemerintah bersabda demikian dan industri rokok dari yang rumahan sampai yang berhasil bangun sekolahan, mengamininya dengan mencantumkan teror bahaya rokok pada setiap kemasannya. Dan kita pantas tepuk tangan menanggapi hegemoni industri rokok di Indonesia yang berhasil melegalkan kegiatan meracuni diri menjadi tampak apik, bunuh diri paling romantis.
1. Simbol Kejantanan
Merokok sering diidentikan dengan pria. Anasir masyarakat Indonesia menilai merokok merupakan simbol kejantanan seorang pria, padahal kejantanan dan rokok dilihat dari segi manapun gak berhubungan dan gak masuk akal. Cukuplah simbol kejantanan dinilai dari jenis kelamin dan hal-hal heroik yang dilakukannya. Mereka beralasan bahwa rokok dapat membangkitkan pikiran-pikiran terutama bagi seorang aktivis. Rokok sudah menjelma candu.
Semua perempuan suka dengan pria visioner. Bukan hanya pria yang menyajikan kata-kata romantis tiap hari, kencan tiap malam minggu, dan kirim bunga tiap bulan. Visioner berarti mempunyai pandangan hidup untuk masa depannya termasuk kesehatannya di masa yang akan datang. Tetapi hegemoni industri rokok menyetir perokok pria untuk terus merokok sampai tua dan lebih cepat mati kemudian meninggalkan pasangannya. Inikah masa depan? lantas bagaimana dengan kita sebagai perempuan?
Merokok sering diidentikan dengan pria. Anasir masyarakat Indonesia menilai merokok merupakan simbol kejantanan seorang pria, padahal kejantanan dan rokok dilihat dari segi manapun gak berhubungan dan gak masuk akal. Cukuplah simbol kejantanan dinilai dari jenis kelamin dan hal-hal heroik yang dilakukannya. Mereka beralasan bahwa rokok dapat membangkitkan pikiran-pikiran terutama bagi seorang aktivis. Rokok sudah menjelma candu.
Semua perempuan suka dengan pria visioner. Bukan hanya pria yang menyajikan kata-kata romantis tiap hari, kencan tiap malam minggu, dan kirim bunga tiap bulan. Visioner berarti mempunyai pandangan hidup untuk masa depannya termasuk kesehatannya di masa yang akan datang. Tetapi hegemoni industri rokok menyetir perokok pria untuk terus merokok sampai tua dan lebih cepat mati kemudian meninggalkan pasangannya. Inikah masa depan? lantas bagaimana dengan kita sebagai perempuan?
2. Eksistensi Wanita
Relasi hubungan antara rokok dan laki-laki adalah hal yang biasa. Ketika dihadapkan pada "perempuan yang merokok" maka moralitas adalah ujungnya. Perempuan perokok cenderung dipandang perempuan tidak baik padahal moralitas tidak pernah melihat jenis kelamin, usia, status sosial. Dampaknya sudah tentu gangguan kehamilan dan janin bagi perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan dengan segala perasaan inferiornya harus menjaga kesehatan untuk mendidik dan membesarkan anaknya. Maka afirmasi merokok adalah simbol kejantanan yang membuat eksistensi wanita tetap langgeng. Dan harapan hidup perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Terlepas dari itu semua, wanita diuntungkan dengan keeksisannya untuk melanjutkan hidup dengan waktu lebih lama dari pria. Maka tidak heran jika kini berbagai sektor kehidupan, dominasi wanita mulai bermunculan dan menunjukan kemampuannya dengan berani.
Merokok, kembali pada pendirian masing-masing tanpa melibatkan moral dan jenis kelamin. 4000 racun dalam rokok tetap saja dapat hinggap pada semua. Pasif-aktif, wanita-pria, tua-muda. Yang pasif sekalipun, terpaksa rela merugi banyak. Tidak merokok, benci rokok namun dia terjangkit racun begitu saja. Tidak ada yang bisa memilih, kecuali menjadi manusia lilin yang menghindari panas, dengan membungkus seluruh tubuhnya dari racun nikotin.
Relasi hubungan antara rokok dan laki-laki adalah hal yang biasa. Ketika dihadapkan pada "perempuan yang merokok" maka moralitas adalah ujungnya. Perempuan perokok cenderung dipandang perempuan tidak baik padahal moralitas tidak pernah melihat jenis kelamin, usia, status sosial. Dampaknya sudah tentu gangguan kehamilan dan janin bagi perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan dengan segala perasaan inferiornya harus menjaga kesehatan untuk mendidik dan membesarkan anaknya. Maka afirmasi merokok adalah simbol kejantanan yang membuat eksistensi wanita tetap langgeng. Dan harapan hidup perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki. Terlepas dari itu semua, wanita diuntungkan dengan keeksisannya untuk melanjutkan hidup dengan waktu lebih lama dari pria. Maka tidak heran jika kini berbagai sektor kehidupan, dominasi wanita mulai bermunculan dan menunjukan kemampuannya dengan berani.
Merokok, kembali pada pendirian masing-masing tanpa melibatkan moral dan jenis kelamin. 4000 racun dalam rokok tetap saja dapat hinggap pada semua. Pasif-aktif, wanita-pria, tua-muda. Yang pasif sekalipun, terpaksa rela merugi banyak. Tidak merokok, benci rokok namun dia terjangkit racun begitu saja. Tidak ada yang bisa memilih, kecuali menjadi manusia lilin yang menghindari panas, dengan membungkus seluruh tubuhnya dari racun nikotin.
Menarik.. tapi pembahasannya kurang mendalam...
ReplyDeleteYang dimana mengapa merokok itu dianggap sebagai suatu sikap yang jantan bagi seorang pria..
Nyatanya banyak pejabat... pinter ngerokok.. eh.. punya istri yang mapan secara fisik dan materi??ckckck
Menurut pengamatan pribadi..hehe
Ada beberapa wanita yang suka merokok.. dan merokok itu menjadi suatu perendam stress bagi mereka... bahkan pelampiasan nafsu.. akan stress yang terlalu berkecamuk..
Ujung-ujungnya.. merokok bukanlah suatu tolak ukur moralitas seseorang.. bukan juga dihadapkan pada suatu rasisme gender..
Namun mungkin.. lebih ke konsekuensi pilihan hidup..
Sip sepakat..
Didukung... Pejantan tangguh itu anti-Rokok! :)
Iya, setiap pilihan pasti mempunyai konsekuensi :) Makasih udah baca.. :)
Deleteandai pake Referensi :)
ReplyDeleteSaya perokok. Asumsi mereka yg perokok (termasuk saya ) karena mereka komitmen kepada produk yang DI tindas (bukan TERtindas ya) ini sengaja sistem sosial yg membuat. jelas jelas yang membunuh bukan rorok. banyak orang meninggal karena diabetes gara2 gula. toh gula ga di beri peringatan seperti halnya Rokok (GULA MEMBUNUHMU). Knalpot jelas2 asapnya membuat polusi bisa mambuat manusia terbunuh,lagi2 knalpot ga di beri peringatan (KNALPOT MEMBUNUHMU). bahkan yang lebih mengerikan Cinta pun bisa membuat mu membunuh (CINTA MEMBUNUHMU "D massiv")
jelas, rokok produk yg di tindas. dan saya komitmen kepada produk rokok.
horeeeee
Iyaa kembali kepada pilihan masing-masing. makasih udah baca :)
Deletemensilogiskan rokok dengan gula adalah hal yang konyol. karna;
Delete1. semua orang tidak bisa hidup tanpa supply zat gula masuk ke tubuh mereka sepanjang hidup (dengan porsi yg berbeda-beda tentunya) beda hal dengan rokok, manusia bisa hidup kok, walau tanpa rokok.
2. tidak semua orang akan terganggu kesehatannya dengan mengkonsumsi gula (kalo mau jujur2an, berapa persen sih orang yang mengidap diabetes karna gula? gak sampe 0,1% nya populasi manusia), beda dengan rokok, semua orang yang merokok pasti akan terganggu kesehatannya.
terus tentang knalpot, bukan knalpot yang dilarang bro, tapi 'asap' knalpot. Dan kata siapa asap knalpot tidak ''dilaknat"? negara kita punya UU lalu lintas tentang asap kendaraan yang menganggu lho...
so, "rokok dan bunuh diri pelan-pelan" memang sudah jadi pasangan silogis yang tepat, pelakunya sama-sama gak merasa kalo mereka sedang 'investasi' kerusakan dalam tubuh mereka.
salam zy ;-)
Makasih mas komentarnya :) salam juga ;-)
DeleteYah.. Kirain bakal ngebahas macem2 jenis bunuh diri :(
ReplyDeleteSetuju sama yg komentar pertama, merokok untuk pilihan hidup, gue awalnya juga abti-rokok tapi gara2 rokok gue bisa ngehilangin stress huhu
Oh begitu. Iya itu termasuk kebebasan memilih. Makasih udah baca :)
Delete