Ada antitesis di setiap nafas hidup
Kaum kusam berusaha tetap berdegup
Kencang atau lambat dalam menunggu maut
Kaum usang terhimpit & adu sikut
Saya ingin mendusta pada semesta
Bahwa untuk hidup kita butuh bahagia
Syahdan, hilir nestapa dan durjana
Mendapatkan tempat di selongsong nyawa kita
Saya ingin seperti Jakarta
Meski dihujat tapi kalian tetap berangkat
Menuju kota dengan sebutan “Kata Kerja”
Mencari derajat juga mendatangi gedung bertingkat
Kita sebatas Dzat yang terbuang
Sebatas daging tak ber-uang
Hanya kaum yang suka tualang
Hanya derum mesin berjuang
Kita, juga bernyawa
No comments:
Post a Comment