Dear Aku,
Selamat mengulang tanggal 27 Agustus lagi, semoga
dapat menuai banyak hal yang terdeskripsi melalui pendewasaan dalam
kadar yang lebih besar. Bukan tentang usia yang terus tereduksi tanpa
kita bisa apa-apa, karena sebenarnya kita telah melakukan apa saja yang
beberapa beresensi lebih untuk kita, untuk sesama, dan untuk rasa.
Meskipun beberapa membuat kita memelihara kesakitan yang selanjutnya
kita harus meratapi usia. Ada hikmah megah di sela-sela segalanya,
kupastikan itu. Tepatkan dan pantaskan saja apa-apa yang mampu kita
buat, kita narasikan, atau kita rasai. Karena pada dasarnya, usia sudah
membawakan banyak masa yang bisa kita habiskan untuk apa saja, dengan
siapa saja, dan dengan cara apapun yang kita ingini.
Dear Aku,
Selamat menjalani pilihan-pilihan yang telah
dibuat, menjalani segalanya yang konsekuensi telah peringatkan dari
awal. Dan membuat pilihan-pilihan yang lain lagi selama Tuhan masih
berkenan memberi segalanya yang bisa kita pilih salah satu, salah
duanya. Mari berterima kasih, masih diberikan banyak pilihan dan masih
dimampukan memilih. Semoga segalanya mampu membaikkan. Semoga Tuhan
memudahkan jalan atas pilihan-pilihan kita.
Dear Aku,
Jika boleh kita meminta satu hadiah yang mungkin
Tuhan mau berikan, kita mungkin bersepakat meminta agar Tuhan
memperlihatkan jawaban-jawaban atas pertanyaan kita tentang masa depan.
Tentang hal-hal yang kini masih samar agar Tuhan mau jelaskan
benar-benar. Lalu, kita hanya mampu menunduk, terisak merapal doa atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berharap paling baik dari sekedar
baik-baik saja.
Dear Aku,
Selamat atas perayaan dalam diam atas rasa yang
menumbuh sampai kita setua ini. Semaraknya semoga membahagiakan semesta,
dan bahagianya mendamaikan segalanya.
Dear Kamu
Ada bahagia yang bertebaran dari lantai hingga langit-langit ruangan ini. Dinginnya suhu tak lagi terasa karena kau memberikan hangat pada cinta yang banyak. Terimakasih atas percakapan kita yang panjang diiringi lagu-lagu cinta kampungan yang maknanya habis dilucuti zaman.
Kau yang di seberang meja. Menyeruput sisa kopi yang tak lagi nikmat. Tawamu memecah debar. Seiring rasa syukur yang mengalir tak habis-habis.
Dan suatu hari nanti cinta memuai tak semudah ini, maukah kau berjanji untuk berjuang menemukan hangatnya lagi?
Untuk kau, yang terlalu sakral untuk kusebut namanya.
Ada bahagia yang bertebaran dari lantai hingga langit-langit ruangan ini. Dinginnya suhu tak lagi terasa karena kau memberikan hangat pada cinta yang banyak. Terimakasih atas percakapan kita yang panjang diiringi lagu-lagu cinta kampungan yang maknanya habis dilucuti zaman.
Kau yang di seberang meja. Menyeruput sisa kopi yang tak lagi nikmat. Tawamu memecah debar. Seiring rasa syukur yang mengalir tak habis-habis.
Dan suatu hari nanti cinta memuai tak semudah ini, maukah kau berjanji untuk berjuang menemukan hangatnya lagi?
Untuk kau, yang terlalu sakral untuk kusebut namanya.
No comments:
Post a Comment