“ Bunda… bisakah kau ceritakan
dongeng tentang aku sendiri?”
“ Ada apa sayang? Apakah kamu bosan dengan cerita Kumba dan Suri keluarga kuda? Atau tidak penasaran lagi kepada kelanjutan kisah bunga angsana?”
“ Ada apa sayang? Apakah kamu bosan dengan cerita Kumba dan Suri keluarga kuda? Atau tidak penasaran lagi kepada kelanjutan kisah bunga angsana?”
“Aku hanya ingin Bunda bercerita
kepadaku dari mana aku berasal, apakah aku dan Bunda sudah berteman sejak
lama?”
“Sayangku, kamu sangat lucu. Kita
berteman bahkan sejak sebelum Bunda tahu kamu sudah ada dalam perut ini selama
2 minggu. Bunda menangis mendengar bahwa akhirnya kamu ada, sayang….”
“Kenapa Bunda menangis? Bukankah
Bunda punya teman baru seperti aku? Apakah Bunda sedih? Ayolah ceritakan
semuanya Bunda….”
“Bunda tidak sedih sayang, bunda
terlalu gembira sehingga meneteskan air mata. Tidakkah kau tahu betapa
bahagianya aku dan ayah. Merindukan kamu setiap hari Nak… Kamu berasal dari
suatu hari yang sangat indah, di mana waktu Ayah dan Bunda sangat tepat ketika
bertemu. Kamu lahir dari cinta ayah dan cinta bunda, bergabung menjadi satu
dengan doa. Dan saat itu Tuhan Yang Maha Baik menyukaimu, mempercayakanmu
kepada kami berdua, lalu meniupkan namamu dalam perut Bunda, sayang…”
“Indah sekali Bunda…”
“Sangat indah sayang, Bunda mengajakmu berteman mulai
saat itu. Ayah tidak mau ketinggalan, dia selalu membelaimu, menyanyikan kamu
lagu anak-anak yang lucu, dan sering mengajakmu bermain. Namun saat itu kita
terpisah Nak, rumahmu ada dalam perut Bunda. Karena kau masih sangat muda dan
Tuhan belum mengizinkan kamu untuk jauh dari perut Bunda”
“Kenapa aku sangat kecil sekali
waktu itu Bunda? Mengapa Bunda mau berteman dengan aku yang sangat kecil?”
“Tahukah kamu sayang? Dulu Bunda
juga sangat kecil. Manusia pasti pernah memiliki badan yang sangat kecil. Bunda
tahu rasanya menjadi manusia yang kecil, jadi bertemanlah dengan Bunda sampai
kapanpun, jangan takut, ceritakanlah semuanya kepada Bunda.. Mengerti Nak?”
“Iya Bunda, meskipun aku kecil
namun aku punya banyak boneka dan kertas bergambar untuk Bunda. Ambil saja Jika Bunda mau, Bunda
adalah teman terbaikku”
“Terimakasih sayangku, sesuatu yang paling ajaib dititipkan kepada Bunda
untuk dimiliki sementara adalah kamu, semoga kamu selalu ingat bahwa
hati kita saling memiliki ya Nak"
"Aku tidak terlalu mengerti apa yang Bunda katakan, tapi suatu hari nanti jika ibu butuh hatiku aku mau memberikannya kok"
Bunda mengusap air mata di pelupuknya. Mencium dahiku, membelaiku dan membisikan bahwa aku harus segera tidur.
Aku masih sangat kecil, namun aku selalu ingat bahwa momen terbaikku adalah saat aku sangat dekat dengan Bunda. Benar kata pepatah, ibu adalah penyambung tangan Tuhan.
No comments:
Post a Comment