Di tengah pengembaraan seluas semesta yang tak
pernah ku gapai oleh tanganku yang sehasta atau oleh kakikku yang begitu cepat
merasakan lelahnya, terselip sebuah tanda tanya yang mengusik jiwa. Aku
mendapati diriku bukanlah diriku yang sebenarnya, aku sadar tetapi seperti tak
sadar, dan aku hidup seperti tak hidup.
Hati ku tiba-tiba berhenti untuk memutar, yang ku temukan hanya kau lah yang ada dalam garis imaji dan batas realitasku.
Sulit
bagiku mengatakan bahwa ‘aku jatuh cinta’ karena jiwaku terbiasa dengan
kesendirian dan kesunyian. Kesunyian adalah teman abadi ku bercengkrama dengan
malam-malam yang panjang, dinding-dinding kamar yang bisu , nyanyian sabda alam
yang mengoyak jiwa, dan sepotong imajinasi liar yang menggumpal di relung batin.
Ketika aku jatuh cinta, itu berarti aku harus siap mendapati diriku terbaring
tanpa koma oleh cinta yang tiada habisnya, harus siap berteman dengan air mata,
bahkan terseok oleh cinta yang fana.
Sosokmu
telah menyentuh garis perasaan dan prinsip ku sebagai perempuan Independen.
Kau seperti virus yang menjangkiti seluruh
organ dalam tubuhku. Aku terinfeksi! Jika sudah seperti ini aku harus
bagaimana? Membiarkan diriku perlahan terkapar oleh ketidakberdayaan? Atau membunuh secara perlahan virus yang bersemayam? Pahamilah
jiwaku secara integral! Bukan parsial dan tanpa makna.